Legenda sepak bola Portugal, Luis Figo, turut memberikan pendapatnya soal siapa yang berpeluang besar menjuarai Liga Champions musim ini. Dalam wawancaranya baru-baru ini, Figo menyebut dua tim yang menurutnya memiliki kualitas dan konsistensi untuk mengangkat trofi si Kuping Besar: Paris Saint-Germain (PSG) dan Inter Milan.
PSG: Misi Terakhir untuk Mbappé?
Figo menyoroti kekuatan PSG, terutama di lini serang yang dipimpin oleh Kylian Mbappé. Dengan kabar yang semakin santer soal kepindahan Mbappé ke Real Madrid musim depan. Figo menyebut musim ini sebagai “momen krusial” bagi sang bintang untuk memberikan trofi Liga Champions pertama bagi klub asal Paris itu.
Inter Milan: Pengalaman dan Keseimbangan
Di sisi lain, Figo juga mengapresiasi konsistensi Inter Milan yang tampil stabil di Eropa dan domestik. Finalis Juara Liga Champions musim lalu ini memiliki skuad yang lebih matang dan solid. Dipimpin oleh pemain seperti Lautaro Martínez dan Nicolò Barella. Figo menyebut Inter sebagai tim yang “tahu bagaimana cara bermain di fase-fase krusial”.
Siapa yang Lebih Diunggulkan?
Walaupun tidak secara eksplisit menyebut siapa favorit utamanya, pendapat Figo memberi sinyal bahwa PSG dan Inter berada di jalur yang tepat. Dengan fase semifinal yang sudah di depan mata, kedua tim ini memang menunjukkan performa yang mengesankan.
Jika Mbappé benar-benar ingin menutup perjalanannya bersama PSG dengan “cerita sempurna”, maka semangat dan determinasi pribadinya bisa jadi pembeda. PSG juga tampaknya lebih dewasa secara taktik dibanding tahun-tahun sebelumnya, tidak hanya mengandalkan serangan tetapi juga lebih solid di lini belakang.
Tapi jangan lupakan Inter. Tim Juara Liga Champions ini sudah terbukti konsisten, dan mereka punya motivasi besar untuk menebus final musim lalu. Dengan Inzaghi yang makin matang sebagai pelatih dan skuad yang kompak, Inter punya bekal kuat untuk jadi juara.
Misi penebusan Inter yang sukses?
Setelah tampil luar biasa musim lalu dan hanya kalah tipis dari Manchester City di final, Inter punya unfinished business. Mereka nggak banyak berubah—justru makin kuat secara kolektif. Pemain-pemain kunci seperti Lautaro Martínez, Barella, Çalhanoğlu, dan lini belakang yang solid dengan Bastoni dan Acerbi bikin tim ini makin padu.
Dan jangan lupakan faktor pelatih: Simone Inzaghi udah makin matang secara taktikal. Ia tahu bagaimana menyiapkan tim untuk pertandingan besar—terutama dalam format dua leg.
Kalau Inter bisa mempertahankan ketenangan mereka seperti musim lalu, ditambah motivasi kuat untuk membalas kegagalan itu. Mereka bisa jadi juara dengan penuh gaya. Ini bukan cuma soal membalas kekalahan—tapi membuktikan kalau musim lalu bukan “keberuntungan,” tapi awal dari era baru Inter di Eropa.