Dragon Ball Z bukan sekadar tontonan; ia adalah tonggak sejarah budaya pop yang membentuk dunia anime modern. Anime legendaris karya Akira Toriyama ini telah mengisi masa kecil jutaan penggemar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dengan kombinasi aksi yang mendebarkan, transformasi yang ikonik, serta karakter-karakter dengan latar belakang mendalam, Dragon Ball Z (DBZ) tidak hanya sukses sebagai seri animasi, tapi juga menjadi simbol kekuatan, persahabatan, dan perjuangan tiada henti.
Mengapa karakter-karakter di DBZ begitu berkesan? Jawabannya sederhana—setiap karakter, baik protagonis maupun antagonis, memiliki perkembangan cerita yang kuat, motivasi yang kompleks, dan momen-momen heroik atau tragis yang membuat mereka tak terlupakan. Bahkan karakter yang awalnya tampak sebagai pelengkap pun bisa berkembang menjadi tokoh penting dalam narasi.
Artikel ini akan membahas 13 karakter Dragon Ball Z terbaik sepanjang masa—bukan hanya berdasarkan kekuatan semata, tapi juga dari sisi kontribusi terhadap cerita, perkembangan karakter, dan dampaknya pada penggemar. Siap menyelami dunia Saiyan, Android, dan makhluk luar angkasa lainnya? Ayo kita mulai dari posisi ke-13!
Mr. Satan (Hercule) – Simbol Komedi dan Popularitas
Kalau kamu penggemar DBZ sejati, kamu pasti tahu siapa Mr. Satan. Meskipun dia bukan pejuang terkuat, ia berhasil mencuri perhatian dunia—baik dalam cerita maupun di mata penonton. Mr. Satan adalah personifikasi dari kebohongan publik yang dibungkus dalam kemasan humor. Ia dikenal luas sebagai “pahlawan” yang menyelamatkan dunia dari Cell dan Majin Buu, padahal kita tahu siapa yang sebenarnya melakukannya.
Tapi kenapa Mr. Satan tetap dicintai? Karena ia membawa unsur komedi yang menyegarkan di tengah intensitas pertarungan antar planet. Tingkah lucunya, gestur dramatis, hingga keberaniannya (yang kadang muncul secara tak disengaja) membuat penonton tak bisa membencinya. Bahkan dalam situasi genting, Mr. Satan kadang menjadi kunci kemenangan, seperti saat dia mempengaruhi Buu dan menyelamatkan banyak nyawa.
Tak hanya itu, momen ikonik Mr. Satan dalam film Fusion Reborn—saat menghadapi versi “kebangkitan Hitler”—adalah bukti bahwa karakter ini punya nilai hiburan tinggi. Dia juga menjadi jembatan antara masyarakat biasa dan dunia para Z Fighters, menunjukkan bagaimana publik melihat para pejuang super ini dari sudut pandang awam.
Majin Buu – Musuh Terakhir yang Penuh Warna
Majin Buu mungkin adalah antagonis paling aneh dan berwarna dalam sejarah DBZ. Ia hadir dalam berbagai bentuk: Fat Buu yang kekanak-kanakan, Evil Buu yang dingin, hingga Kid Buu yang benar-benar kejam dan tanpa belas kasihan. Setiap bentuknya bukan hanya memiliki kekuatan berbeda, tapi juga kepribadian yang unik, menjadikan Majin Buu karakter yang sangat kompleks.
Sebagai musuh terakhir dalam seri Dragon Ball Z, Buu memberikan tantangan baru yang tidak hanya soal kekuatan, tapi juga cara berpikir. Buu bisa berubah bentuk, menyerap lawan, bahkan memulihkan tubuhnya dari kehancuran total—membuatnya nyaris tak terkalahkan. Hal ini memaksa para Z Fighters untuk bekerja sama lebih dari sebelumnya dan menemukan strategi yang tidak hanya mengandalkan otot.
Namun di balik sisi brutalnya, Buu juga punya sisi kemanusiaan. Saat Fat Buu mulai berteman dengan Mr. Satan dan hewan-hewan peliharaan, kita melihat bahwa bahkan makhluk yang diciptakan untuk menghancurkan bisa berubah karena kasih sayang. Inilah kekuatan naratif dari karakter Buu—ia bukan sekadar musuh, tapi simbol potensi perubahan dan penebusan.
Videl – Pahlawan Muda Non-Saiyan
Di dunia yang dipenuhi para pejuang super dan alien berkekuatan dewa, kehadiran Videl terasa sangat menyegarkan. Anak dari Mr. Satan ini awalnya hanyalah gadis pemberani yang ingin menegakkan keadilan di kotanya. Tapi keteguhan hatinya membawanya ke dunia Z Fighters, di mana dia menjadi bagian dari petualangan yang jauh lebih besar.
Videl adalah bukti bahwa manusia biasa juga bisa bersinar. Ia belajar teknik terbang, bertarung, dan bahkan menunjukkan bakat luar biasa dalam waktu singkat. Hubungannya dengan Gohan berkembang secara alami, dimulai dari ketegangan khas anak muda hingga menjadi cinta sejati yang melahirkan keluarga kecil di seri Dragon Ball Super.
Lebih dari itu, Videl merepresentasikan generasi baru—yang tak harus berasal dari ras Saiyan untuk bisa menjadi heroik. Dalam setiap penampilannya, Videl tampil kuat, mandiri, namun tetap penuh empati. Ia adalah karakter wanita yang tidak pasif, melainkan aktif membentuk jalannya cerita.
Bulma – Otak di Balik Z Fighters
Kalau Goku adalah otot dari kelompok Z Fighters, maka Bulma adalah otaknya. Sebagai ilmuwan jenius dari Capsule Corporation, Bulma memainkan peran vital dalam hampir setiap saga. Dari menciptakan Dragon Radar, memperbaiki pesawat luar angkasa, hingga membangun ruang gravitasi untuk Vegeta, kontribusi Bulma sangat luar biasa.
Bulma juga menjadi satu-satunya karakter non-petarung yang hadir di hampir seluruh saga. Hubungannya dengan Vegeta menciptakan dinamika emosional yang unik—dimulai dari rasa benci, berubah menjadi cinta, dan akhirnya keluarga. Perubahan Vegeta banyak dipengaruhi oleh kehadiran Bulma dan Trunks, menjadikannya bukan hanya pasangan romantis, tapi juga agen slot88 perubahan karakter.
Keberanian dan kecerdasan Bulma membuatnya selalu siap menghadapi bahaya. Ia tidak pernah ragu berbicara pada alien jahat, bahkan pada Frieza atau Beerus! Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan sejati tidak selalu datang dari fisik, tapi juga dari pikiran yang tajam dan hati yang tak kenal takut.
Android 18 – Dari Mesin Pembunuh Menjadi Ibu yang Kuat
Android 18 adalah contoh luar biasa bagaimana karakter yang awalnya antagonis bisa mengalami transformasi emosional dan moral yang menyentuh. Ia pertama kali diperkenalkan sebagai salah satu dari dua android ciptaan Dr. Gero yang dirancang untuk menghancurkan Goku. Dengan tampilan dingin dan kekuatan luar biasa, Android 18 langsung mencuri perhatian penggemar. Namun, seiring perkembangan cerita, ia mengalami perubahan besar yang membuatnya menjadi salah satu karakter wanita paling kuat dan menarik di DBZ.
Pertarungan pertamanya dengan Z Fighters memperlihatkan bahwa dia bukan android biasa. Ia dengan mudah mengalahkan para petarung top seperti Vegeta tanpa mengeluarkan banyak tenaga. Tapi bukan hanya kekuatannya yang membuat Android 18 menonjol—kepribadiannya yang tenang, sinis, dan mandiri menjadikannya sangat unik, terutama dalam konteks dunia DBZ yang didominasi oleh karakter pria.
Perubahan besar datang setelah Cell Saga, saat ia mulai menunjukkan sisi manusiawinya. Hubungan yang tak disangka dengan Krillin membuka babak baru dalam hidupnya. Ketika Krillin menggunakan Dragon Ball untuk mengembalikan kemanusiaannya, ia memilih tetap menjadi android tapi menunjukkan rasa terima kasih yang mendalam. Hubungan mereka kemudian berkembang menjadi kisah cinta yang langka dalam dunia pertarungan DBZ, yang akhirnya melahirkan seorang anak bernama Marron.
Android 18 membuktikan bahwa kekuatan sejati bukan hanya dari otot atau kekuatan ki, tapi dari kemauan untuk berubah, mencintai, dan berjuang demi keluarga. Kini, sebagai ibu dan istri, ia tetap mempertahankan sisi tangguh dan tak mudah dikendalikan—menjadi simbol wanita kuat dalam dunia anime.
Cell – Antagonis Penuh Perhitungan
Tidak semua musuh memiliki kombinasi kecerdasan dan kekuatan seperti Cell. Sebagai ciptaan Dr. Gero yang paling sempurna, Cell menyerap DNA dari para pejuang terkuat—Goku, Vegeta, Piccolo, Frieza, bahkan King Cold. Hasilnya adalah makhluk biologis yang memiliki kemampuan luar biasa, baik dalam bertarung maupun dalam berpikir strategis. Cell bukan hanya lawan yang sulit dikalahkan, tapi juga cerminan dari sisi gelap kekuatan itu sendiri.
Salah satu ciri khas Cell adalah kesabarannya. Ia tidak terburu-buru untuk menghancurkan dunia, melainkan menunggu sampai lawannya cukup kuat agar pertarungan bisa “menyenangkan”. Ini terlihat dari turnamen Cell Games yang ia ciptakan sendiri—memberi waktu kepada para Z Fighters untuk mempersiapkan diri. Hal ini menunjukkan bahwa Cell punya ego dan hasrat bertarung yang mendalam, menjadikannya lebih dari sekadar penjahat.
Namun, titik klimaks dari saga ini adalah ketika Gohan akhirnya mencapai Super Saiyan 2. Momen kematian Android 16 dan kemarahan Gohan menjadi salah satu momen paling epik dalam seluruh franchise Dragon Ball. Cell, yang merasa tak terkalahkan, akhirnya dikalahkan oleh kekuatan yang berasal dari emosi dan cinta. Ini menjadikan Cell sebagai musuh yang berperan penting dalam perkembangan karakter Gohan.
Walaupun Cell hanya muncul dalam satu arc utama, dampaknya sangat besar. Ia menguji batas kekuatan dan moral Z Fighters, serta memperlihatkan bagaimana teknologi dan ilmu pengetahuan bisa menciptakan ancaman yang sangat berbahaya. Cell adalah musuh yang tak hanya harus dikalahkan secara fisik, tapi juga secara mental.
Krillin – Simbol Keberanian Manusia Biasa
Krillin adalah bukti bahwa keberanian tidak mengenal batas kekuatan. Ia bukan Saiyan, bukan alien, dan tidak memiliki kekuatan regeneratif seperti Buu atau teknologi seperti Android 18. Tapi meski begitu, Krillin selalu hadir di garis depan setiap kali bumi berada dalam bahaya. Itulah yang membuatnya begitu dicintai.
Sejak awal seri Dragon Ball, Krillin sudah menjadi sahabat terdekat Goku. Mereka berlatih bersama di bawah Master Roshi, dan hubungan persahabatan mereka bertahan hingga akhir seri. Krillin mengalami banyak momen penting—baik lucu, menyentuh, maupun tragis. Salah satu momen paling tak terlupakan adalah ketika ia dibunuh oleh Frieza di Planet Namek, memicu transformasi pertama Goku menjadi Super Saiyan. Tanpa kematian Krillin, mungkin transformasi legendaris itu tidak akan terjadi.
Yang menarik dari Krillin adalah caranya untuk tetap relevan. Ia sadar bahwa secara kekuatan ia tertinggal jauh dari teman-temannya yang setengah dewa, tapi ia tidak pernah menyerah. Krillin terus berlatih, bahkan menjadi polisi di Dragon Ball Super. Ia juga membangun kehidupan bersama Android 18 dan menjadi ayah yang penuh kasih untuk Marron.
Krillin mengajarkan kita bahwa menjadi pahlawan bukan soal menjadi yang terkuat, tapi tentang keberanian untuk tetap berdiri ketika semua tampak mustahil. Ia mungkin sering jadi bahan lelucon karena ukurannya atau kekuatannya, tapi dalam hati para penggemar, Krillin adalah jiwa dari Z Fighters.
Trunks – Harapan dari Masa Depan
Kemunculan Trunks dari masa depan adalah salah satu momen paling epik dalam sejarah anime. Dengan pedangnya, penampilan keren, dan sikap tenang, ia langsung mencuri perhatian saat pertama kali muncul. Trunks tidak hanya tampil kuat—ia juga membawa kabar buruk tentang masa depan yang distopia: di mana Goku meninggal karena penyakit jantung, dan dunia dihancurkan oleh Android 17 dan 18.
Versi masa depan Trunks adalah refleksi dari penderitaan dan harapan. Ia tumbuh dalam dunia yang penuh kehancuran, kehilangan semua orang yang dicintainya, termasuk Gohan yang menjadi mentornya. Keputusannya untuk kembali ke masa lalu bukan hanya untuk menyelamatkan dunia, tapi juga untuk memberi masa depan kesempatan kedua. Ini menjadikannya sebagai karakter dengan misi moral yang sangat kuat.
Namun, jangan lupakan Trunks versi muda yang tumbuh bersama Goten. Mereka berdua memberikan nuansa komedi dan kepolosan dalam cerita. Mereka juga memperkenalkan Fusion Dance, transformasi Gotenks, dan berkontribusi dalam pertempuran melawan Buu. Meski konyol dan kekanak-kanakan, mereka menunjukkan bahwa generasi muda pun bisa mengambil bagian dalam pertempuran besar.
Baik sebagai harapan masa depan maupun sumber hiburan masa kini, Trunks adalah simbol dari kemungkinan, dari usaha untuk mengubah takdir, dan dari keberanian untuk melawan ketakutan terburuk kita.
Piccolo – Sang Mentor dan Pahlawan Diam
Piccolo mungkin bukan karakter paling mencolok dalam DBZ, tapi ia adalah fondasi penting yang menopang banyak perkembangan cerita. Diperkenalkan pertama kali sebagai musuh utama di Dragon Ball klasik, Piccolo melakukan transformasi luar biasa dalam DBZ. Ia bukan hanya berubah menjadi sekutu, tapi juga menjadi salah satu karakter paling berintegritas.
Perubahan besar dimulai ketika ia memutuskan untuk melatih Gohan. Sebelumnya dikenal sebagai sosok dingin dan penuh dendam, Piccolo perlahan menunjukkan sisi lembut dan pedulinya, terutama kepada anak dari musuh bebuyutannya. Interaksi antara Piccolo dan Gohan menghadirkan dinamika seperti ayah-anak yang tidak ada duanya dalam anime ini. Bahkan, banyak penggemar menganggap Piccolo sebagai “ayah sejati” Gohan, dibandingkan Goku yang lebih sering pergi bertarung.
Dalam pertarungan, Piccolo adalah sosok strategis dan penuh perhitungan. Ia tidak gegabah, lebih memilih mengamati dan mencari celah musuh. Meski sering kali tak sekuat para Saiyan, kehadirannya selalu penting. Ia juga pernah menyatu kembali dengan Kami, yang meningkatkan kekuatannya secara signifikan.
Piccolo adalah bukti bahwa karakter bisa berubah secara total dan tetap relevan. Dari musuh ke sahabat, dari penyendiri ke pelindung, ia adalah simbol dari transformasi dan ketulusan.
Gohan – Kekuatan yang Tersembunyi
Gohan adalah anak dari Goku dan Chi-Chi, dan sejak kemunculan pertamanya, ia sudah diperlihatkan memiliki potensi luar biasa. Namun yang membuat Gohan unik dibandingkan karakter lain adalah dualitas dalam dirinya—di satu sisi, ia memiliki kekuatan luar biasa, tapi di sisi lain, ia lebih memilih kehidupan damai dan pendidikan, sebagaimana keinginan ibunya.
Potensi besar Gohan mulai terlihat saat melawan Raditz, ketika ia melepaskan ledakan energi dari emosi ketakutannya. Tapi puncak kekuatannya benar-benar diperlihatkan dalam Cell Saga. Setelah melalui pelatihan berat di Hyperbolic Time Chamber bersama Goku, Gohan mencapai transformasi Super Saiyan 2 dalam momen yang sangat emosional—dipicu oleh kematian Android 16 dan penderitaan teman-temannya. Ini adalah salah satu adegan paling kuat secara naratif dan visual dalam sejarah anime.
Sayangnya, setelah Cell Saga, Gohan tidak terlalu difokuskan sebagai petarung utama. Meski masih tampil dalam pertempuran melawan Majin Buu, fokusnya mulai beralih ke kehidupan biasa, sekolah, dan membentuk keluarga. Meski begitu, karakter Gohan tetap sangat dicintai karena representasi nilai-nilai keluarga, pendidikan, dan empati. Dia bukan sekadar petarung, tapi seorang manusia yang berusaha menjaga keseimbangan antara kekuatan dan kedamaian.
Dalam Dragon Ball Super, kita melihat kilasan kebangkitan Gohan—kembali berlatih, meningkatkan kekuatannya, dan memimpin dalam turnamen antar alam semesta. Ini menunjukkan bahwa meski sempat “hilang arah”, Gohan tetap memiliki tempat spesial dalam dunia Dragon Ball.
Frieza – Wujud Murni dari Kejahatan
Tak ada musuh dalam Dragon Ball Z yang semewah, sekejam, dan semenarik Frieza. Ia adalah antagonis utama dalam Namek Saga, dan mungkin yang paling dikenal luas di antara semua musuh yang pernah dihadapi Z Fighters. Frieza bukan hanya kuat, tetapi juga benar-benar jahat tanpa penyesalan. Ia membunuh tanpa ragu, memperbudak bangsa-bangsa galaksi, dan bahkan menghancurkan Planet Vegeta hanya karena takut akan potensi para Saiyan.
Frieza adalah musuh pertama yang benar-benar mendorong Goku hingga ke batasnya. Saat ia membunuh Krillin di depan mata Goku, emosi itu meledak menjadi transformasi legendaris: Super Saiyan pertama. Pertarungan antara Goku dan Frieza menjadi tonggak sejarah dalam dunia anime, dan sampai sekarang masih dianggap salah satu pertarungan paling ikonik sepanjang masa.
Tapi cerita Frieza tidak berhenti di sana. Ia terus muncul dalam berbagai seri lanjutan, seperti Dragon Ball Super, di mana ia mencapai transformasi Golden Frieza dan bahkan menjadi bagian dari tim Universe 7 dalam Turnamen Kekuatan. Ini membuktikan bahwa Frieza bukan hanya musuh, tapi bagian penting dari narasi keseluruhan Dragon Ball.
Frieza adalah representasi dari kejahatan yang kompleks—bukan hanya karena kekejamannya, tapi juga karena kecerdasannya, ambisinya, dan caranya beradaptasi. Dia adalah musuh yang selalu kembali, seperti bayangan dari masa lalu yang tak bisa sepenuhnya dihapus.
Goku – Jiwa Petarung Tanpa Batas
Goku adalah jantung dari Dragon Ball Z. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan kekuatan luar biasa dan rasa ingin tahu yang tak terbendung. Tapi yang paling mengagumkan dari Goku bukan hanya kekuatannya, melainkan semangat bertarung dan keinginannya untuk terus berkembang, tanpa pernah merasa cukup.
Dalam DBZ, Goku terus mendorong batas dirinya. Dari Kaio-Ken hingga Super Saiyan 3, setiap bentuk transformasi memperlihatkan evolusi karakter dan kekuatannya. Tapi lebih dari itu, Goku adalah pahlawan yang bertarung bukan karena benci pada musuh, tapi karena ia mencintai tantangan. Ini terlihat dalam caranya memperlakukan Vegeta, Piccolo, bahkan Frieza dan Buu—ia selalu memberi kesempatan kedua, meskipun risikonya tinggi.
Goku juga merupakan simbol dari harapan. Setiap kali dunia hampir hancur, penggemar tahu bahwa “Goku akan datang”. Ia seperti matahari yang tak pernah padam dalam semesta DBZ. Ketulusan hatinya, dedikasinya pada keluarga dan teman, serta tekadnya untuk melindungi semua makhluk hidup membuatnya lebih dari sekadar karakter—dia adalah ikon global.
Dalam Dragon Ball Super, Goku terus menunjukkan evolusi, termasuk wujud Ultra Instinct yang menunjukkan bahwa pencarian kekuatan tidak pernah berakhir. Ia adalah refleksi dari filosofi bahwa belajar, berlatih, dan tumbuh adalah proses seumur hidup.
Vegeta – Sang Pangeran yang Terus Berjuang
Vegeta mungkin adalah karakter paling kompleks dan manusiawi dalam Dragon Ball Z. Ia datang sebagai musuh yang sombong, brutal, dan haus kekuasaan. Namun seiring waktu, kita melihat lapisan-lapisan emosional yang menyelimuti hatinya. Kebanggaan sebagai pangeran Saiyan membuatnya sulit mengakui kelemahan, terutama di hadapan Goku—rival abadinya.
Tapi justru di sanalah kekuatan Vegeta berada. Persaingan dengan Goku bukan semata benci, melainkan dorongan untuk menjadi lebih baik. Vegeta tak pernah diberi “keajaiban” seperti Goku—ia harus berjuang, berdarah-darah, dan mengalami banyak kegagalan. Tapi ia tidak menyerah. Itulah yang membuat penggemar mencintainya. Ia mewakili kita semua yang pernah merasa tertinggal, tapi tetap berjuang untuk bangkit.
Perubahan karakter Vegeta terlihat jelas dalam hubungannya dengan Bulma dan Trunks. Dari pria dingin dan penyendiri, ia menjadi suami dan ayah yang rela mengorbankan diri untuk keluarganya. Momen ketika ia meledakkan diri melawan Majin Buu sambil memeluk Trunks adalah salah satu adegan paling emosional dalam seri.
Vegeta adalah contoh sempurna dari karakter yang berkembang secara signifikan. Ia tidak lahir sebagai pahlawan, tapi memilih jalan itu lewat pilihan sulit dan pengorbanan besar. Ia adalah bukti bahwa setiap orang bisa berubah—dan itulah yang menjadikannya karakter paling dicintai dalam Dragon Ball Z.